mimpi ketinggalan bis

link alternatif golbos - Siswi SD Nyaris Bunuh Diri Gegara Dicabuli Ayah Sendiri di Mataram

2024-10-06 17:33:43

link alternatif golbos,pemain tim nasional sepak bola irlandia utara,link alternatif golbos
JPNN.com » Nasional » Hukum » Siswi SD Nyaris Bunuh Diri Gegara Dicabuli Ayah Sendiri di Mataram

Siswi SD Nyaris Bunuh Diri Gegara Dicabuli Ayah Sendiri di Mataram

Rabu, 22 Mei 2024 – 13:15 WIB Siswi SD Nyaris Bunuh Diri Gegara Dicabuli Ayah Sendiri di MataramFacebook JPNN.comTwitter JPNN.comPinterest JPNN.comLinkedIn JPNN.comWhatsapp JPNN.comTelegram JPNN.comIlustrasi kasus pencabulan. Foto: Ricardo/JPNN com

jpnn.com, MATARAM - Seorang siswi sekolah dasar (SD) yang menjadi korban pencabulan yang diduga dilakukan oleh ayah kandungnya di Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB), terungkap nyaris bunuh diri dengan cara mengiris lengannya menggunakan silet.

Kasatreskrim Polresta Mataram Kompol I Made Yogi Purusa Utama menyampaikan pihaknya sudah memberikan pendampingan terhadap korban yang hampir setiap hari mendapat perlakuan asusila dari pelaku tersebut.

"Korban yang masih usia anak ini sekarang sudah mendapatkan pendampingan kesehatan mental dan fisik dari unit PPA (Perlindungan Perempuan dan Anak)," kata Yogi dikutip dari Antara, Rabu (22/5).

Baca Juga:
  • Pelaku Pencabulan 7 Bocah di Cakung Terancam Hukuman 15 Tahun Penjara

Dia mengatakan pihaknya juga sudah mengambil tindakan hukum dengan menangkap pria berinisial IKP (34) tersebut di rumahnya.

"Tadi malam langsung kami tangkap di rumahnya atas dugaan pencabulan terhadap anak kandung," ujar dia.

Yogi menjelaskan penangkapan ini merupakan tindak lanjut laporan korban yang mengaku sudah tidak tahan dengan perbuatan pelaku usai ibu kandungnya pergi ke Hongkong sebagai pekerja migran.

Baca Juga:
  • RL Jadi Tersangka Kasus Pencabulan Anak, Begini Kejadiannya

"Istri pelaku ini pergi ke Hongkong sekitar Mei 2023. Sejak saat itu, hampir setiap hari pelaku ini mencabuli korban," ucapnya.

Selain perbuatan asusila, kata Yogi, pelaku juga dilaporkan kerap melakukan kekerasan fisik terhadap korban yang kini mau menempuh pendidikan ke jenjang sekolah menengah pertama (SMP).