mimpi ketinggalan bis

bingo89 login - Mengenang Gesang, Sang Penerima Lifetime Achievement Award

2024-10-09 06:18:12

bingo89 login,totokimliong,bingo89 loginJakarta, CNN Indonesia--

Legenda maestro musik keroncong Gesang Martohartono dianugerahi penghargaan Lifetime Achievement tepatnya Extraordinary Figure in Indonesian Keroncong Music Art dalam ajang CNN Indonesia Awards yang digelar di Semarang, Jawa Tengah, pada Rabu (14/8) malam.

Capaian ini diberikan sebagai bentuk penghargaan atas dedikasi Gesang, bukan hanya pada dunia musik Indonesia, tetapi pada kebudayaan serta diplomasi Indonesia di dunia.

Lahir dengan nama Gesang Martohartono di Solo pada 1 Oktober 1917, Gesang tumbuh dalam lingkungan keluarga yang sederhana.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun Gesang bukan cuma menjadi penyanyi. Bakat musik dalam darahnya mendorong Gesang untuk membuat lagunya sendiri.

[Gambas:Video CNN]



Beberapa lagu sudah ia ciptakan di awal kariernya di tengah masa Perang Dunia II yang berkecamuk, seperti Keroncong Roda Dunia, Keroncong Si Piatu, dan Sapu Tangan.

Pilihan Redaksi
  • Lokananta, Sejarah yang Tak Ingin Dilupakan
  • Sisi 'Mistis' Studio Rekaman di Lokananta
  • Waldjinah, dari Ratu Kembang Katjang ke Ratu Keroncong

Meski sudah bisa membuat lagu sendiri, karya-karya tersebut rupanya belum diminati penonton saat Gesang membawakannya.

Tak patah arang, Gesang terus mencoba membuat karya. Hingga saat dirinya berusia 23 tahun pada 1940, ia membuat sebuah lagu lagi yang terinspirasi dari sebuah sungai. Lagu itu diberi judul Bengawan Solo.

Bengawan Solo dibuat Gesang dalam rentang enam bulan. Semua berawal dari kekaguman Gesang akan sungai yang dulu menjadi pusat peradaban manusia purba di Jawa tersebut.

Ia memilih nada dan lirik yang sederhana dalam lagu tersebut. Melodinya pun sederhana dan tenang, tapi mampu membuat pendengarnya terbawa suasana dan membayangkan sungai yang lebar tersebut.

Bengawan Solo
Riwayatmu ini
Sedari dulu jadi...
Perhatian insani

Musim kemarau
Tak seberapa airmu
Dimusim hujan air..
Meluap sampai jauh

 

[Gambas:Youtube]



Lanjut ke sebelah....

Rupanya, Bengawan Solo berhasil membawa Gesang ke puncak popularitas. Bahkan lagu itu mengalun lebih jauh. Bengawan Solo menjadi favorit bukan cuma warga lokal, tetapi juga orang asing.

Bengawan Solo membuat Gesang banyak diundang untuk menyanyi di beberapa negara Asia. Banyak orang asing suka dengan lagu ini, terutama di Jepang.

Lihat Juga :
LAPORAN INTERAKTIFTangan-tangan Nyoman Nuarta

Bahkan, lagu Bengawan Solo pernah menjadi lagu tema film Jepang yang bertajuk Stray Dog (1949) yang digarap oleh Akira Kurosawa.

Lagu tersebut dialihbahasakan menjadi bahasa Jepang dan dilantunkan oleh Toshi Matsuda pada 1947. Lagu itu dipilih lantaran digemari oleh veteran tentara Jepang dan menjadi nostalgia akan koloni Jepang yang indah.

Bengawan Solo belum berhenti bermuara di Jepang. Lagu tersebut kini tercatat sudah diterjemahkan ke 13 bahasa di dunia, seperti Inggris, Rusia, Mandarin, dan Jepang.

[Gambas:Youtube]






Gesang Martohartono pun menuai banyak penghargaan berkat Bengawan Solo. Salah satunya Bintang Kehormatan dari Kaisar Akihito pada 1992, kemudian penghargaan Kebudayaan dari Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata pada 2010.

Gesang juga dinobatkan sebagai legenda musik keroncong Indonesia oleh Anugerah Musik Indonesia (AMI) sebanyak dua kali. Selain itu, sebuah taman dibangun untuk Gesang di Kawasan Kebun Binatang Jurug pada 1983.

[Gambas:Video CNN]



Pilihan Redaksi
  • Memori Sunyi Kemerdekaan Keroncong Tugu
  • Segelintir Mereka yang Masih Ada untuk Keroncong Tugu
  • Jerih Lelah Pertahankan Keroncong Tugu dari Gerusan Zaman

Gesang Martohartono meninggal dunia pada 20 Mei 2010 dalam usia 92 tahun di Solo. Menurut laporan Antara, bahkan pagi sebelum meninggal dunia, Gesang masih minta dituliskan tiga lagu keroncong.

"Beliau minta dituliskan tiga lagu keroncong yakni Jembatan Merah, Sapu Tangan, dan Bengawan Solo," kata keponakan Gesang, Yani.

Namun setelah itu, kesehatan Gesang terus menurun dan sempat mengalami sesak nafas yang diikuti gangguan jantung. Gesang Martohartono pun menghembuskan nafas terakhir pada 20 Mei 2010 pukul 18.10 WIB.

Gesang Martohartono kemudian dimakamkan di Pemakaman Umum Pracimalaya, Makam Haji Surakarta, pada 21 Mei 2010.