mimpi ketinggalan bis

buaya togel 3d - Keripik Kulit Ikan Rafins Snack Berhasil Mendunia Berkat KUR BRI

2024-10-06 23:49:16

buaya togel 3d,jadwal piala aff 2023 indonesia vs malaysia,buaya togel 3d
JPNN.com » Ekonomi » UMKM » Keripik Kulit Ikan Rafins Snack Berhasil Mendunia Berkat KUR BRI

Keripik Kulit Ikan Rafins Snack Berhasil Mendunia Berkat KUR BRI

Kamis, 06 Juni 2024 – 20:06 WIB Keripik Kulit Ikan Rafins Snack Berhasil Mendunia Berkat KUR BRIFacebook JPNN.comTwitter JPNN.comPinterest JPNN.comLinkedIn JPNN.comWhatsapp JPNN.comTelegram JPNN.comBRI terus konsisten dalam memberikan dukungan permodalan dan pendampingan usaha kepada pelaku UMKM, salah satunya, produsen kue dari Pringsewu, Lampung. Foto: dok BRI

jpnn.com, JAKARTA - PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. atau BRI terus konsisten dalam memberikan dukungan permodalan dan pendampingan usaha kepada pelaku UMKM, salah satunya, produsen kue dari Pringsewu, Lampung.

Pada 2018, Ravie Cahya Ansor, lelaki muda yang bermukim di Pringsewu, Lampung mengamati camilan fish skin atau keripik kulit ikan buatan Singapura sangat laris. 

Banyak disukai, meski pun harganya tidak murah untuk ukuran dompet masyarakat Indonesia.

Baca Juga:
  • BRI Masuk dalam Daftar CNBC Indonesia Green Business Ratings 2024

Ravie lantas membuatkan versi lokal, dengan bahan kulit ikan yang dibeli dari Tanjung Bintan, Lampung. Bumbu tambahan juga buatan lokal, sedangkan seasoning dibeli dari Banten.  

Hasilnya dikemas dengan label “Rafins Snack”.

“Kami pasarkan Rp 23 ribu untuk kemasan 70 gr,” ungkap lelaki berusia 25 tahun yang menjabat sebagai Chief Executive Officer (CEO) serta sektor Research and Development (R&D) Rafins Snack.

Baca Juga:
  • Hari Lingkungan Hidup Sedunia, BRI Gencarkan BRI Menanam-Grow & Green

Menyimak kondisi permodalan serta melakukan serangkaian riset, Ravie Cahya Ansor mengajukan Kredit Usaha Rakyat (KUR) dari BRI. Ada pun peruntukan nominal kredit yang dikucurkan KUR tersebut dibaginya ke berbagai pos dalam manajemen bisnisnya, seperti biaya perizinan, marketing, sampai pengadaan fasilitas pembuatan produk.

“Angka tertinggi justru di sektor perizinan, antara lain seperti BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan). Kami mengejar pengesahan ini, karena penting untuk menunjukkan kualitas produk. Selanjutnya, untuk produksi, kebutuhan biaya lebih fleksibel,” jelas Ravie.